dipikir-pikir kok dipikirin ya?

tia
2 min readJul 19, 2023

twitter.com
photo: twitter.com

me if overthinking was a sport

Semakin bertambahnya umur bukannya semakin banyak duit malah makin banyak pikiran. Kenapa sih? Kenapa kita nggak bisa pilih untuk hidup di umur yang kita mau? Misalnya, ketika kita capek di usia 23, kita kembali dulu sebentar di usia 18, gak bisa ya?

Kenapa di umur 23 aku masih biasa aja? Kenapa di umur 17 aku belum punya apa-apa? Kenapa pendidikanku, karirku, dan kisah asmaraku biasa aja? Kenapa harus biasa aja? Kenapa nggak ada yang luar biasa datang secara tiba-tiba dan membuat aku bahagia tak terhingga? Kenapa orang-orang begitu? Kenapa… kenapa… kenapa lainnya.

Dari mana pikiran-pikiran itu datang?

Dari mata. Setelah kita melihat sesuatu yang baru kita lihat, misalnya ada benda lucu yang ingin dibeli, tapi ekonomi tidak mencukupi, kita jadi memikirkan benda itu terus-terusan.

Dari telinga. Setelah kita mendengar perkataan orang sekeliling kita yang sedikit nyelekit, kita jadi bertanya-tanya kepada diri sendiri. Emangnya iya ya aku gendut banget? Emangnya iya aku kurus banget?

Dari mulut. Mulut sendiri atau mulut orang lain. Kalau pisau itu tajam, ucapan bisa lebih tajam. Sengaja atau nggak sengaja, mulut kita pasti pernah mengeluarkan kata-kata yang bikin orang berdarah.

Lalu, caranya biar nggak berpikir berlebihan gimana? Tutup mata, tutup telinga, tutup mulut. Hidup aman, damai, sejahtera. Hahahaha affah iyhhh? Nggak lah.

Kalau mata, telinga, dan mulut tertutup begitu aja, gimana cara kita melihat jahatnya dunia? (Ada baiknya juga ko, banyaaak). Caranya adalah ya jangan dipikirin lah.

Coba, apa isi dari tulisan ini? Nggak ada, ini cuma pengalihan biar nggak overthinking aja. Iya, biasanya, kalau aku banyak pikiran (caila, bohong, aku gak bisa mikir) aku nulis, baca, atau nonton. Selain itu, kadang aku keluar rumah untuk beli jajanan kaki lima. Kadang, aku juga ketemu temen supaya lari dari pikiran dan fokus ngobrol. Aku nggak akan membiarkan pikiran-pikiran yang nggak penting ini membunuhku pelan-pelan, makanya aku keluar dengan orang-orang pilihanku supaya otak ini diisi pikiran yang lebih jernih dan penting.

Sayangi otakmu, sudahi overthinking hari ini~

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

tia
tia

No responses yet

Write a response